Sabtu, 30 April 2011

Mengangkat TV Lebih Berat daripada Mengangkat Rumah

Salam Satu Jiwa!!!
Kuawali postingan kedua malam ini dengan berdoa agar postingan ini bisa terposting (eh?) setelah tadi ada satu postingan yang --sebenarnya-- ide awalnya begitu luas tapi terselesaikan dengan begitu sempit dan kurang terpapar berkembang.

Menjadi seorang kolektor kredit harus diakui bukanlah satu hal yang mudah, gampang, dan ringan. Tapi profesi ini sudah lumayan lama dijalani oleh seseorang anak (yang sudah tua) yang tidak lain adalah saya.

Sedikit bercerita awal menjadi seorang Kolektor adalah ketika masih menjalani proses perkuliahan. Waktu itu saya adalah seorang mahasiswa yang juga bekerja sambilan di sebuah Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi ini beroperasi dengan memberikan pinjaman berupa uang kepada orang-orang yang "menginginkan".

Sepenuhnya saya bukanlah seorang kolektor di Koperasi tersebut. Saya hanyalah orang yang sesekali "dipakai" untuk "mengeksekusi" Nasabah koperasi jika tak ada Petugas yang siap pakai ketika dibutuhkan. Saat itu koperasi yang saya tempati bekerja menggunakan jasa Polisi dan Tentara, bahkan Polisi Militer sebagai Kolektor.

Beberapakali "menyegel" rumah yang dihuni "Nasabah Menunggak" bukanlah hal yang berat untuk saya waktu itu. Bahkan jika ada yang dengan lantang bermaksud menantang saya untuk "Adu Jotos", Saya terkadang balik menantang. Itu sudah tugas saya menurutku. Tidak terpikir jauh mengenai ajal waktu itu. :)

Terkadang saya juga harus membawa pulang motor Nasabah yang sudah tidak bisa menyelesaikan utang kreditnya. Mobil juga terkadang saya "bungkus" paksa dan kubawa pulang (dengan sopir bantu pastinya).

Kemudian setelah masa perkuliahan saya usaikan dan statusku bukan lagi seorang Mahasiswa, profesi menjadi seorang Kolektor ternyata berlanjut. Saya menjadi bagian dari salah satu BUMN yang dimimpikan banyak temanku. Sebenarnya masih tidak sepenuhnya seorang Kolektor, karena tidak sepadat ketika di Koperasi dulu. Dan masih tidak sepenuhnya Penetap di tempat itu.

Di tempat baru ini, saya semakin banyak menemukan warna-warni kehidupan manusia. Semakin sombong juga saya sekarang. Angkuhku juga semakin besar. Terkadang saya seakan mengangkat genggaman ketika harus berhadapan dengan seorang yang lebih angkuh terhadapku. Kusadari itu sebenarnya diluar kewajaran seorang saya yang dipekerjakan di tempat semegah itu.

Beberapa bulan berlalu, akhirnya saya tiba di satu hari (kemarin) dimana saya harus betul-betul kembali menjadi seorang Kolektor. Kuuji sendiri nyaliku dalam hati. Eksekusi hari ini bukanlah eksekusi yang mudah menurutku. Eksekusi seperti ini tak pernah kubayangkan begitu berat untuk kulakukan. Memang belum pernah kulakukan.

Eksekusi ini harus memisahkan seorang anak dari salah satu kesenangannya. Eksekusi ini harus membuat seorang janda miskin kehilangan beberapa jam istirahatnya yang santai. Eksekusi kali ini harus menjauhkan satu keluarga dari kebiasaan berkumpul mereka ketika malam sudah tiba. Meskipun sebenarnya hanyalah kebiasaan yang benar-benar biasa.

Pekerjaan menyegel rumah dan membuat orangnya "malu" bukanlah hal yang sulit untukku. Karena orang-orang yang rumahnya kusegel bukanlah orang yang tidak memiliki uang, hanya saja mereka tidak peduli terhadap utangnya. Tapi ternyata, mengangkat sebuah televisi berukuran 21 inch dari dalam sebuah rumah yang sederhana ternyata lebih berat daripada mengangkat sebuah rumah megah yang tertuang dalam sebuah sertifikat. Satu hal sulit yang pernah kulakukan.

"Sebuah banyangan yang sulit kuhapuskan, sampai malam menuangnya dalam sebuah curahan-hati. Terbuka kumeminta maaf pada Ibu Hasniar yang Televisinya kubawa pulang"

_____________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk kebaikan Anda memperhatikan Saya...

16 atau 17 tahun lalu, belum berkonsep.

Tengah malam lewat 14 menit Sekian menit lalu usai dua video isi musik yang dinyanyikan teman lama Menit-menit sebelumnya ada kilasan di pik...