Gelang-gelang bisa saja kupakai
Anting banyak juga yang pakai sebangsaku lelaki
Rok mini buat seksi boleh juga
Tapi, aku bukan wanita
Sesekali aku digertak
Hal wajar menurutku
Aku nakal
Aku tak mendengar maunya
Terkadang pula aku binal
Tapi, aku manusia
Gerakan perlahan sering kulakukan
Belum lanjut sudah kuurungkan
Ah! mengapa selalu saja ada kau
Merajam kebebasan yang kusenangi
Dan, aku bukan penjahat
Naluri terkadang menangis
Hanya saja tak berair
Tak menetes
Tak mengalir
Tapi sadarilah!
Aku punggawa.
Jumat, 11 Februari 2011
Jumat, 04 Februari 2011
Catur Masa Lalu
Salam Satu Jiwa !!!
Baru saja saya membaca milis dari Komunitas Blogger Makassar. Salah satu permasalahan yang "dipertentangkan" adalah permainan catur. Setelah membaca isi trit sampai habis, pikiran saya kembali mengingat satu peristiwa yang terjadi beberapa tahun silam. Tepatnya ketika saya masih berada di bangku kelas dua SMP (Tsanawiyah tepatnya). Akhir kelas dua.
Pada waktu itu, di sekolah sedang terjadi demam catur di antara saya dan teman-teman. Berbekal dasar permainan catur yang minim, saya dan teman-teman saling beradu memainkan pasukan-pasukan catur yang saya punya. Permainan yang diawali dengan dua pion jalan sekaligus masih kami mainkan waktu itu. Entahlah saat ini…
Semakin hari permainan catur semakin menyita waktu yang saya punya. Tidak memperdulikan waktu belajar, saya dan seorang teman masih juga bermain catur. Apalagi kalau yang mengajar adalah Kakak saya sendiri (waktu SMP saya diajar sama beberapa orang kakak sendiri). Semakin tidak peduli saya dengan pelajaran.
Masih pada waktu itu, kemampuan bermain caturku pun semakin berkembang. Papan catur yang kupunya sudah dipenuhi coretan karena terlalu sering dipakai. Saya bagaikan Juara Catur yang tak terkalahkan. Beberapa teman bahkan tak mau lagi bermain denganku karena sudah tahu kalau tak mungkin mengalahkanku. "Kehebatan" ini bahkan ditantang oleh seorang guruku, dan akhirnya sama ketika saya bermain dengan temanku sendiri. AKULAH JUARANYA!!!
Merasa kehebatanku tak ada tandingannya dan perlu saya ujikan pada "lawan" saya yang baru, akhirnya saya memutuskan mencari aplikasi komputer yang berhubungan dengan catur. Berhubungan waktu itu di kampung saya belum ada koneksi internet (tapi sudah punya komputer) saya mencari aplikasi catur dari beberapa keluarga yang ada (di kota). Akhirnya seorang kerabat mengirimkan saya catur yang saya cari dalam bentuk Disket 3 1/4. Hari ini saya lupa nama aplikasinya. Yang saya ingat, sejak memiliki aplikasi tersebut saya hanya meninggalkan rumah ketika harus ke sekolah. Dan akhirnya dalam waktu dua hari saya merasakan bosan karena terlalu sering mengalahkan "Computer Master" --nama lawan saya waktu itu--
Merasa kalau di luar sana masih ada yang lebih hebat, akhirnya saya memaksa orang tua saya (maafkan saya mama' dan bapa') untuk mencarikan yang lebih hebat. Betapa hebatnya saya waktu itu. Tapi permintaan ini tidak dikabulkan. Mungkin karena memang Bapa' dan mama' tidak begitu tahu soal catur. Beberapa hari setelah itu saya tetap bermain catur. Sesekali melawan teman-teman. Sesekali bermain dengan Computer Master.
Dan akhirnya suatu ketika seorang sepupuku yang juga senang dengan dunia catur membawa sebuah papan catur elektrik. Papan catur tersebut sengaja dibawa dan kemudian diberikan kepada saya. Papan catur tersebut saya kenal dengan nama KASPAROV (yang ternyata setelah SMA saya baru dapat gambaran siapa itu Kasparov). Papan catur ini terbuat dari (sepertinya) tembaga yang terhubung ke tenaga listrik via battery. Warnyanya hitam-putih dengan dua tombol di salah satu sisinya dan tiga lampu (merah, kuning, hijau) di sisinya yang lain. Dengan seorang diri kita bisa memainkan papan ini. Dengan anggapan kita sedang melawan seorang Kasparov. Hanya saja kita harus membantu Kasparov untuk mengangkat dan memindahkan pasukannya ke tempat yang dia sebutkan. Mesin ini membuat saya merasakan adanya lawan baru yang sangat sulit untuk saya kalahkan. Bahkan ketika belum tahu fungsi dari lampu merah di sisi papan, saya mencoba "mencurangi" Kasparov. Kuletakkan salah satu pasukannya di kotak yang tidak sesuai dengan instruksinya. Dan "BERTERIAKLAH" Si Kasparov. Saya lupa isi teriakannya, tapi intinya saya dinyatakan CURANG!
Hanya dalam waktu 3 hari, Kasparov mampu membuat kepala saya berisi pergerakan catur yang selalu saya lakukan. Bayangan catur selalu menghantui kepala saya. Bahkan sampai tidak bisa tidur. Di awal kelas 3 SMP, saya merasakan kestresan saya terhadap catur. Setiap berbaring akan selalu terlihat bayangan catur di atas kepala. Setiap menutup mata, bayangan catur bahkan tidak bisa hilang. Hal ini berdampak pada menurunnya berat badanku karena terlalu sering sakit dalam kurun waktu 2 bulan. Persiapan Ujian Nasional bahkan hampir saya abaikan. Kemanapun hampir terlihat bayangan papan catur di atas kepala.
Melihat efek buruk catur terhadap saya, akhirnya mama' mengingatkan saya untuk berhenti bermain catur. Saran itu sempat saya tolak, sampai aplikasi catur di komputerku dihapus Kakak dan Kasparovku dikembalikan ke sepupuku. Sejak saat itu saya sedikit menyadarkan diri untuk tidak bermain catur sampai pikiranku "normal" lagi. Hal ini kemudian berhasil saya terapkan. Mama' juga membantu dengan memberikan kesibukan lain, termasuk memperbanyak membaca buku. Kebiasan baruku ternyata membuatku benar-benar meninggalkan catur. Selain karena memang berusaha untuk tidak bermain catur, perasaan trauma ternyata juga menjadi penghambat saya untuk kembali bermain catur. Sampai saya SMA, setiap kali melihat papan catur saya selalu merasa yang terhebat dalam dunia catur. Tapi, ternyata sejak SMA pula saya sudah tidak bisa lagi bermain catur. Seakan Saya yang SMP bukanlah Saya yang SMA untuk dunia catur. Tak sering lagi saya menjuarai permainan caturku (yang memang sudah jarang saya mainkan). Dan hari ini, ketika terbuka untuk menceritakan ini di blog, saya merasakan bahwa saya harus mencari lagi Kasparovku. Ada yang tahu Kasparovku ada dimana??,,
Baru saja saya membaca milis dari Komunitas Blogger Makassar. Salah satu permasalahan yang "dipertentangkan" adalah permainan catur. Setelah membaca isi trit sampai habis, pikiran saya kembali mengingat satu peristiwa yang terjadi beberapa tahun silam. Tepatnya ketika saya masih berada di bangku kelas dua SMP (Tsanawiyah tepatnya). Akhir kelas dua.
Pada waktu itu, di sekolah sedang terjadi demam catur di antara saya dan teman-teman. Berbekal dasar permainan catur yang minim, saya dan teman-teman saling beradu memainkan pasukan-pasukan catur yang saya punya. Permainan yang diawali dengan dua pion jalan sekaligus masih kami mainkan waktu itu. Entahlah saat ini…
Semakin hari permainan catur semakin menyita waktu yang saya punya. Tidak memperdulikan waktu belajar, saya dan seorang teman masih juga bermain catur. Apalagi kalau yang mengajar adalah Kakak saya sendiri (waktu SMP saya diajar sama beberapa orang kakak sendiri). Semakin tidak peduli saya dengan pelajaran.
Masih pada waktu itu, kemampuan bermain caturku pun semakin berkembang. Papan catur yang kupunya sudah dipenuhi coretan karena terlalu sering dipakai. Saya bagaikan Juara Catur yang tak terkalahkan. Beberapa teman bahkan tak mau lagi bermain denganku karena sudah tahu kalau tak mungkin mengalahkanku. "Kehebatan" ini bahkan ditantang oleh seorang guruku, dan akhirnya sama ketika saya bermain dengan temanku sendiri. AKULAH JUARANYA!!!
Merasa kehebatanku tak ada tandingannya dan perlu saya ujikan pada "lawan" saya yang baru, akhirnya saya memutuskan mencari aplikasi komputer yang berhubungan dengan catur. Berhubungan waktu itu di kampung saya belum ada koneksi internet (tapi sudah punya komputer) saya mencari aplikasi catur dari beberapa keluarga yang ada (di kota). Akhirnya seorang kerabat mengirimkan saya catur yang saya cari dalam bentuk Disket 3 1/4. Hari ini saya lupa nama aplikasinya. Yang saya ingat, sejak memiliki aplikasi tersebut saya hanya meninggalkan rumah ketika harus ke sekolah. Dan akhirnya dalam waktu dua hari saya merasakan bosan karena terlalu sering mengalahkan "Computer Master" --nama lawan saya waktu itu--
Merasa kalau di luar sana masih ada yang lebih hebat, akhirnya saya memaksa orang tua saya (maafkan saya mama' dan bapa') untuk mencarikan yang lebih hebat. Betapa hebatnya saya waktu itu. Tapi permintaan ini tidak dikabulkan. Mungkin karena memang Bapa' dan mama' tidak begitu tahu soal catur. Beberapa hari setelah itu saya tetap bermain catur. Sesekali melawan teman-teman. Sesekali bermain dengan Computer Master.
Dan akhirnya suatu ketika seorang sepupuku yang juga senang dengan dunia catur membawa sebuah papan catur elektrik. Papan catur tersebut sengaja dibawa dan kemudian diberikan kepada saya. Papan catur tersebut saya kenal dengan nama KASPAROV (yang ternyata setelah SMA saya baru dapat gambaran siapa itu Kasparov). Papan catur ini terbuat dari (sepertinya) tembaga yang terhubung ke tenaga listrik via battery. Warnyanya hitam-putih dengan dua tombol di salah satu sisinya dan tiga lampu (merah, kuning, hijau) di sisinya yang lain. Dengan seorang diri kita bisa memainkan papan ini. Dengan anggapan kita sedang melawan seorang Kasparov. Hanya saja kita harus membantu Kasparov untuk mengangkat dan memindahkan pasukannya ke tempat yang dia sebutkan. Mesin ini membuat saya merasakan adanya lawan baru yang sangat sulit untuk saya kalahkan. Bahkan ketika belum tahu fungsi dari lampu merah di sisi papan, saya mencoba "mencurangi" Kasparov. Kuletakkan salah satu pasukannya di kotak yang tidak sesuai dengan instruksinya. Dan "BERTERIAKLAH" Si Kasparov. Saya lupa isi teriakannya, tapi intinya saya dinyatakan CURANG!
Hanya dalam waktu 3 hari, Kasparov mampu membuat kepala saya berisi pergerakan catur yang selalu saya lakukan. Bayangan catur selalu menghantui kepala saya. Bahkan sampai tidak bisa tidur. Di awal kelas 3 SMP, saya merasakan kestresan saya terhadap catur. Setiap berbaring akan selalu terlihat bayangan catur di atas kepala. Setiap menutup mata, bayangan catur bahkan tidak bisa hilang. Hal ini berdampak pada menurunnya berat badanku karena terlalu sering sakit dalam kurun waktu 2 bulan. Persiapan Ujian Nasional bahkan hampir saya abaikan. Kemanapun hampir terlihat bayangan papan catur di atas kepala.
Melihat efek buruk catur terhadap saya, akhirnya mama' mengingatkan saya untuk berhenti bermain catur. Saran itu sempat saya tolak, sampai aplikasi catur di komputerku dihapus Kakak dan Kasparovku dikembalikan ke sepupuku. Sejak saat itu saya sedikit menyadarkan diri untuk tidak bermain catur sampai pikiranku "normal" lagi. Hal ini kemudian berhasil saya terapkan. Mama' juga membantu dengan memberikan kesibukan lain, termasuk memperbanyak membaca buku. Kebiasan baruku ternyata membuatku benar-benar meninggalkan catur. Selain karena memang berusaha untuk tidak bermain catur, perasaan trauma ternyata juga menjadi penghambat saya untuk kembali bermain catur. Sampai saya SMA, setiap kali melihat papan catur saya selalu merasa yang terhebat dalam dunia catur. Tapi, ternyata sejak SMA pula saya sudah tidak bisa lagi bermain catur. Seakan Saya yang SMP bukanlah Saya yang SMA untuk dunia catur. Tak sering lagi saya menjuarai permainan caturku (yang memang sudah jarang saya mainkan). Dan hari ini, ketika terbuka untuk menceritakan ini di blog, saya merasakan bahwa saya harus mencari lagi Kasparovku. Ada yang tahu Kasparovku ada dimana??,,
Langganan:
Postingan (Atom)
16 atau 17 tahun lalu, belum berkonsep.
Tengah malam lewat 14 menit Sekian menit lalu usai dua video isi musik yang dinyanyikan teman lama Menit-menit sebelumnya ada kilasan di pik...
-
Salam Satu Jiwa!!! Pulau yang tidak berpenghuni. Berukuran kecil. Dan Indah. Itu sebagian gambaran ketika mendapat ajakan untuk melakukan pe...
-
Sempat ngusahain naskahnya jadi sebelum pukul 12 malam,,, sebenarnya naskahnya potongan dari novel yang belum diterbitkan,,, tapi dengan se...
-
Salam Satu Jiwa!!! Penulis adalah sebuah gelar yang tidak mudah didapatkan seseorang. Untuk mendapatkannya kita membutuhkan tulisan yang kem...