Selasa, 29 November 2005
Inikah Cinta Sejati?
Pernahkah kamu merasakan,
Bahwa kamu mencintai seseorang
Meski kamu tahu dia tak sendiri lagi
Dan meski kamu tahucintamu tak mungkin terbalas
Tapi, kamu tetap mencintainya
Pernahkah kamu merasakan
Bahwa kamu sanggup melakukan apasaja
Demi seseorang yang kamu cintai
Meski kamu tahu ia tak akan pernah peduli
Atau pun ia peduli dan mengerti
Tapi, ia tetap pergi.
Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta
Tersenyum kala terluka
Menangis kala bahagia
Bersedih kala bersama
Tertawa kala berpisah
Aku pernah!
Aku pernah tersenyum kala kuterluka
Karena kuyakin tuhan menjadikannya untukku
Aku pernah menangis kala bahagia
Karena kebahagiaan adalah sesuatu yang tak terlupa
Aku pernah bersedih kala bersama
Karena kutahu bersama hanyalah sementara
Dan, aku pernah tertawa kala berpisah
Karena ternyata dia bukan untukku.
ini bukn hasil pemikiran gw.
mungkin yang tulis lagi baca. thank`s.
Bahwa kamu mencintai seseorang
Meski kamu tahu dia tak sendiri lagi
Dan meski kamu tahucintamu tak mungkin terbalas
Tapi, kamu tetap mencintainya
Pernahkah kamu merasakan
Bahwa kamu sanggup melakukan apasaja
Demi seseorang yang kamu cintai
Meski kamu tahu ia tak akan pernah peduli
Atau pun ia peduli dan mengerti
Tapi, ia tetap pergi.
Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta
Tersenyum kala terluka
Menangis kala bahagia
Bersedih kala bersama
Tertawa kala berpisah
Aku pernah!
Aku pernah tersenyum kala kuterluka
Karena kuyakin tuhan menjadikannya untukku
Aku pernah menangis kala bahagia
Karena kebahagiaan adalah sesuatu yang tak terlupa
Aku pernah bersedih kala bersama
Karena kutahu bersama hanyalah sementara
Dan, aku pernah tertawa kala berpisah
Karena ternyata dia bukan untukku.
ini bukn hasil pemikiran gw.
mungkin yang tulis lagi baca. thank`s.
Rasa Jatuh
Awal kumelihatmu
Kurasa tak seperti biasa
Terasa, baru saja ada sesuatu yang membuatku jatuh
Namun, jatuh ini bukan karena berlari dan tersandung batu
Entah…ini jatuh jenis apa?
Jatuh ini karena rasa
Jatuh ini berasal dari dalam hatiku
Jatuh cinta…..
Itulah rasa jatuh yang terjadi padaku
Rasa yang tak kan kau balas
Namun kuyakin, kamu memiliki rasa ini
Rasa yang kurasa saat ini
Mungkin aku belum sadar akan hakekat hidup ini
Walaupun mencoba untuk terus menepi
Namun, rasa ini terus menghampiriku
Aku bangga padamu, karena berhasil menepisku
Tak seperti aku yang tak mampu menepis rasa ini
Rasa jatuh…..
Makassar, 27Pebruari2005
Kurasa tak seperti biasa
Terasa, baru saja ada sesuatu yang membuatku jatuh
Namun, jatuh ini bukan karena berlari dan tersandung batu
Entah…ini jatuh jenis apa?
Jatuh ini karena rasa
Jatuh ini berasal dari dalam hatiku
Jatuh cinta…..
Itulah rasa jatuh yang terjadi padaku
Rasa yang tak kan kau balas
Namun kuyakin, kamu memiliki rasa ini
Rasa yang kurasa saat ini
Mungkin aku belum sadar akan hakekat hidup ini
Walaupun mencoba untuk terus menepi
Namun, rasa ini terus menghampiriku
Aku bangga padamu, karena berhasil menepisku
Tak seperti aku yang tak mampu menepis rasa ini
Rasa jatuh…..
Makassar, 27Pebruari2005
Andai Mungkin Kau...
Andai aku mampu memilih
Keman angia berhembus
Mungkin aku akan memilih
Andai aku mampu mengatur
Saat bintang berkedip indah
Mungkin aku akan mengatur
Andai aku mampu mengungkap
Sejuta rasa di hatiku
Mungkin engkau akan tahu
Namu aku tak mampu memilih
Namun aku tak mampu mengatur
Dan, aku tak mampu mengungkap
Kini angin berhembus tak terarah
Kini bintang berkedip dengan indah
Dan, rasa di hatiku semakin kacau
Saat ini aku tak berdaya
Mungkin karena kau…..
Senin, Makassar, 25april2005#
Pukul 20.25#
Keman angia berhembus
Mungkin aku akan memilih
Andai aku mampu mengatur
Saat bintang berkedip indah
Mungkin aku akan mengatur
Andai aku mampu mengungkap
Sejuta rasa di hatiku
Mungkin engkau akan tahu
Namu aku tak mampu memilih
Namun aku tak mampu mengatur
Dan, aku tak mampu mengungkap
Kini angin berhembus tak terarah
Kini bintang berkedip dengan indah
Dan, rasa di hatiku semakin kacau
Saat ini aku tak berdaya
Mungkin karena kau…..
Senin, Makassar, 25april2005#
Pukul 20.25#
Seruan Keadaan Bangsaku yang tergadai
Tak ada kata yang mampu kutulis
Benarkah?
Hanya selembar kertas
Yang isinya bak sebuah proposal
Tergeletak di atas mejaku
Ya, di hadapanku!
Setelah berulangkali kubaca
Sekian kali pula kutemukan kalimat ”keadaan bangsaku”
Inilah yang membuatku tak mampu!
Benarkah?
Selembar kertas itu menyeru kepadaku
Untuk menulis sebuah puisi bertemakan,
“keadaan bangsaku”
Ia seakan memaksaku
Mengungkapkan seluruh isi hati rakyat bangsaku yang telah perih menganga oleh keadaan bangsaku, yang perih
Aku semakin bingung…
Hendak menulis keadaan bangsaku yang suram
Atau menulis keadaan bangsaku yang indah
Ahh… tapi, tapi aku rasa tidak.
Bangsaku kini suram dan tak ada lagi bangsaku yang indah
Namun, aku harus menulis…
Haruskan aku menulis….
Keadaan laut bangsaku yang airnya tak lagi berwarna biru
Atau haruskah aku menulis
Ketika seruan-seruan manis terlontar dari bibir mereka Yang seketika itu pula, rakyat bangsaku melontarkan ribuan kalimat, “ya, pilih mereka”.
Atau haruskah aku menulis
Ketika sebuah media memberitakan, bahwa bangsaku kini memimpin klasemen, predikat terkorup.
Atau haruskah aku menutupi semua itu
Ketika tak ada waktu lagi untuk menutupinya
Atau haruskah aku diam saja
Ketika kami generasi muda Indonesia
Telah mewariskan utang kepada anak kami yang belum tentu ada.
Atau, haruskah aku pura-pura tak tahu saja. seperti yang dipraktekkan oleh mereka yang telah berhasil menggadaikan kata “ya” dari rakyat bangsaku.
Karena kami, memang tak berarti lagi.
Makassar, 22 November 2005
Pukul 16 lewat.
Benarkah?
Hanya selembar kertas
Yang isinya bak sebuah proposal
Tergeletak di atas mejaku
Ya, di hadapanku!
Setelah berulangkali kubaca
Sekian kali pula kutemukan kalimat ”keadaan bangsaku”
Inilah yang membuatku tak mampu!
Benarkah?
Selembar kertas itu menyeru kepadaku
Untuk menulis sebuah puisi bertemakan,
“keadaan bangsaku”
Ia seakan memaksaku
Mengungkapkan seluruh isi hati rakyat bangsaku yang telah perih menganga oleh keadaan bangsaku, yang perih
Aku semakin bingung…
Hendak menulis keadaan bangsaku yang suram
Atau menulis keadaan bangsaku yang indah
Ahh… tapi, tapi aku rasa tidak.
Bangsaku kini suram dan tak ada lagi bangsaku yang indah
Namun, aku harus menulis…
Haruskan aku menulis….
Keadaan laut bangsaku yang airnya tak lagi berwarna biru
Atau haruskah aku menulis
Ketika seruan-seruan manis terlontar dari bibir mereka Yang seketika itu pula, rakyat bangsaku melontarkan ribuan kalimat, “ya, pilih mereka”.
Atau haruskah aku menulis
Ketika sebuah media memberitakan, bahwa bangsaku kini memimpin klasemen, predikat terkorup.
Atau haruskah aku menutupi semua itu
Ketika tak ada waktu lagi untuk menutupinya
Atau haruskah aku diam saja
Ketika kami generasi muda Indonesia
Telah mewariskan utang kepada anak kami yang belum tentu ada.
Atau, haruskah aku pura-pura tak tahu saja. seperti yang dipraktekkan oleh mereka yang telah berhasil menggadaikan kata “ya” dari rakyat bangsaku.
Karena kami, memang tak berarti lagi.
Makassar, 22 November 2005
Pukul 16 lewat.
Jumat, 25 November 2005
Satu Sisi
Telah mengalir sebuah rasa di hatiku
yang tak biasa kurasa
Ia teruss mengalir
meneus celah-celah kalbuku
Kuumenyelam menyelamm di airnya yang keruh
berenang mencari tepian jernih
walaupuun dengan keadaannya yang ssuram
Tak kuasa kumenahan sesak
Namun, tepian yang jenih tak kunjung tiba
Bahkan, aku tenggelam dan tertusuk
Tuusukannya kian dalam, dalam, dan dalam
Hingga melarutkanku di dalamnya
kini kulaarut tak berdaya dalaam buuaaian asmmara
asmara yan terpendam
asmaraa yang tak terungkap
kunikmati asmarakuu dari satu sisi.
yang tak biasa kurasa
Ia teruss mengalir
meneus celah-celah kalbuku
Kuumenyelam menyelamm di airnya yang keruh
berenang mencari tepian jernih
walaupuun dengan keadaannya yang ssuram
Tak kuasa kumenahan sesak
Namun, tepian yang jenih tak kunjung tiba
Bahkan, aku tenggelam dan tertusuk
Tuusukannya kian dalam, dalam, dan dalam
Hingga melarutkanku di dalamnya
kini kulaarut tak berdaya dalaam buuaaian asmmara
asmara yan terpendam
asmaraa yang tak terungkap
kunikmati asmarakuu dari satu sisi.
tertinggal kasih
bintang malam melambai indah
menemani kedamaian langit
ia seakan bersyair
meneriaki hati seorang pemuja
bangkit berbris sejta rasa
terharu mendengar syair kedamaian
berlari mereka segera
menuju sebuah kasih
kaki pemuja tersandung karang
terjatuh, terhempas dan tercampak
meski berusaha untuk bangkit
setitik harapn tak tergapai
harpan kini melayang jauh
meninggalkan sejuta rasa
bintang malam tak lagi tampak
meninggalkan sederet syair
tak ada lagi cahaya bintang
yang mmenghiasi kedamaian langit
tak ada lagi syair kalbu
yang menghasi kasih jiwaku.
Langganan:
Postingan (Atom)
16 atau 17 tahun lalu, belum berkonsep.
Tengah malam lewat 14 menit Sekian menit lalu usai dua video isi musik yang dinyanyikan teman lama Menit-menit sebelumnya ada kilasan di pik...
-
Salam Satu Jiwa!!! Pulau yang tidak berpenghuni. Berukuran kecil. Dan Indah. Itu sebagian gambaran ketika mendapat ajakan untuk melakukan pe...
-
Sempat ngusahain naskahnya jadi sebelum pukul 12 malam,,, sebenarnya naskahnya potongan dari novel yang belum diterbitkan,,, tapi dengan se...
-
Salam Satu Jiwa!!! Penulis adalah sebuah gelar yang tidak mudah didapatkan seseorang. Untuk mendapatkannya kita membutuhkan tulisan yang kem...