Minggu, 23 Januari 2011

Ulasan (Puisi) Gadis 90.000

Salam Satu jiwa!!!

Beberapa hari lalu (Jum'at, 21/01/11) saya sempat menulis sebuah (anggaplah) Puisi dengan judul Gadis 90.000. Puisi ini merupakan puisi yang terinspirasi dari satu cerita di satu malam. Malam itu berawal dari sebuah ajakan di sore hari oleh dua rekan kerja saya. Yang ternyata telah mendapat ajakan dari rekan kerja dari kantor yang berbeda.

Sore itu melalui teman sekantorku mendapat telepon dari teman seprofesi yang berada di unit kerja lain. Dari pembicaraan telepon yang sebenarnya hanya diawali dengan candaan, akhirnya berujung janji untuk ketemuan. Mereka kemudian menyepakati pertemuan di unit kerja teman yang tadi menelepon. Diajaklah aku oleh rekan seunit. Tanpa banyak tanya lagi akhirnya (aku sebagai junior) ikut ke pertemuan yang mereka rencanakan.

Kupacu motorku. mengikuti dua motor rekanku di depan. Sesekali aku berteriak bermaksud untuk membatalkan "iya"ku ketika diajak tadi. Tapi pembatalan tak dihiraukan. Pokoknya aku ahrus ikut. Seperti yang mereka teriakkan dari motor masing-masing.

Perjalanan terus dijalani. Beberapa menit kemudian saya tiba di unit yang sudah menjadi tempat perjanjian (hallahhh, sok zkali) mengikuti dua rekanku yang sudah tiba lebih dulu. Kulihat Beberapa senior yang sudah biasa kutemui meskipun belum bekrenalan secara FORMAL. Ada juga SEBAYAKU yang juga anak baru di tempat ini. Dia terlihat begitu polos. Jelas sekali terlihat bahwa dia hanyalah korban ikut-ikutan.

Kuperkenalkan diriku pada senior-senior yang belum kukena;. kujabat satu persatu tangan mereka. ternyata hanya da 3 tangan yang kujabat, ini artinya hanya ada tiga orang yang belum kukenali sebelumnya.

Masih dalam keadaan "asal ikut", aku kemudian masuk kedalam mobil seorang rekan yang menjadi leader di malam itu. Beberapa menit lalu sudah kutahu tujuan pertemuan ini dari rekan yang seunit denganku. Perjalan ternyata baru dimulai. Tujuan utama (katanya) adalah untuk melepaskan kepenatan seharian di kantor. Refleksi, itulah tujuannya.

Beberapa menit kemudian (setelah maghrib berlalu). Tibalah kita di satu tempat yang ketika kumasuki kulihatlah beberapa lelaki yang sedang Fitness (olah raga --ceritanya).

Waduwh!! seruku. Kutanya kemudian ke salah satu temanku. Inikah tujuan kita? Kemudian dijawabnya, "oh, Bukan!". Beberapa saat di awal aku mengira inilah tujuanku. Ternyata tak berhenti sampai disitu. Sang Leader kemudian menaiki tangga menuju lantai kedua. Di lantai kedua aku dan rekan-rekanku kemudian disambut oleh seorang wanita (yang agak gendut). Tersenyum, itulah sapaannya.

Setelah disambut, kulihat Leaderku kemudian berbicara dengan si wanita. Entahlah apa yang dibicarakan. Aku hanya terdiam di ujung tangga. Sesekali melirik ke atas. Sesekali pula kulihat ada wanita muda yang berjalan. Beberapa menit kemudian aku dipanggil Si Leader. Disodorkan sebuah album foto kehadapanku. Kubuka satu persatu lembarannya. Dan Merekalah Para Gadis yang fotonya terpajang di album. Masing-masing teman kemudian ingin memilih satu-satu. Tapi sayangnya foto yang tersedia hanya beberapa saja yang ada orangnya. Beberapa sedang bekerja kata si wanita penjaga. Beberapa juga lagi libur, masih kata si wanita penjaga.

Malam di tempat pertama kemudian kami batalkan. Si Leader kemudian mengajak kami menuju tempat berikutnya. Tempat kedua yang kami singgahi ternyata tutup. Entahlah tutup karena apa. Aku juga tak tahu.

Perjalanan dilanjutkan ke sebuah Hotel (itu yang tertulis di depan gedung yang kudatangi). Kami mulai turun dari mobil Si Leader. Jalan perlahan memasuki koridor hotel. Tampilannya tidak jauh beda dengan tempat pertama tadi. Hanya saja di lantai dasar tempat ketiga ini sedikit berbentuk lobi hotel. Menggambarkan tulisan di depan tadi.

Di lantai dua hotel kemudian saya memasuki ruang kecil yang di dalamnya terdapat satu meja yang dibelakangnya duduk seorang wanita lumayan tua. Si Leader kemudian bertemu dengan si ibu. Disodorkan lagi album yang isinya hamir sama denngan tempat pertama tadi. Dua album berisi foto-foto para Gadis. Dari sini saya memastikan bahwa inilah yang dinamakan PANTI PIJAT. Tak kutanyakan lagi tulisan kata HOTEL di depan tadi.

Dalam posisi duduk aku kemudian beroikir, apa yang kulakukan malam ini? apa ini yang dinamakan refleksi di Kota ini? Jauh dari bayanganku. Kemudian tibalah giliranku untuk membuka lembaran album foto para gadis. Sebelumnya semua temanku sudah meletakkan telkunjuknya di atas foto gadis pilihan masing-masing. katanya itulah yang akan melakukan refleksi ke masing-masing temanku.

Dalam keadaan sedikit masih berpikir waras, aku kemudian membuka satu persatu lembaran album foto yang diberikan padaku. Semua berisi gadis muda yang menurutku tak begitu kuat untuk memijat. Beberapa lembar kubolak-balik kubuka. Tibalah aku di satu lembar yang fotonya terlihat jauh lebih tua dari gadis-gadis yang lain. Tubuhnya lumayan besar. Dalam pikirku, inilah yang pijatannya paling kuat. dalam keadaan polos ini kemudian aku menunjuk foto Gadis pilihanku di malam itu.

Setelah semua memilih, seorang lelaki yang sepertinya bertugas mengantar kami (para tamu hotal) menuju ke kamar masing-masing. Saat itu aku sudah berada dalam keadaan telah mengerti inti dari malam itu. Kumasuki kamarku. Inilah Kamarku. Tak ingin kulihat nomor kamarnya agar tak tersimpan banyak memori tentang malam itu.

Beberapa menit sendiri di dalam kamar hotel akhirnya berakhir setelah seorang Gadis (tua) membuka pintu kamar dan masuk. Kulirik dari bawah ke atas. Wajahnya yaa itu GADIS TUA, rambutnya panjang, hidungnya lumayan lah, dan yang pastinya pilihanku untuk dipijat malam itu tidak salah. Ototnya lumayan menantang. Pahanya terlihat agak besar dari rok mini yang dipakainya. Tak usahlah kusebutkan celana dalamnya yang mengintip ketika dia harus duduk.

Aku hanya terdiam. Perlahan dia membuka pembicaraan dengan memainkan tombol lampu. Lampu kamar dia matikan, kemudian dia nyalakan lagi. Tak kuhiraukan sampai dia bertanya, "Lampunya kita matikan atau kita nyalakan?" Aku terdiam, lalu menjawab : "matikan saja!" dan petualangan malam itu dimulai.

Dengan jelas dia memberikanku sebuah handuk putih. Kemudian memberikanku pilihan, Inginmembuka semua celana atau pake celana dalam? itu tanyanya padaku. Dalam gelap kemudian kupilih untuk tetap memakai celana(dalam)ku. Perlahan dia memijati telapak kakiku. dan terus memijati sampai semua dia pijat.

----------Bagian Ini Kita SENSOR saat ini. Nantikan Ceritanya di Postingan berikut----------

Setelah dipijat, kutinggalkan kamar Hotel. Si Leader sudah keluar dari kamarnya juga. Tapi temanku yang lain belum tampak batang hidungnya. Beberapa menit kutunggu di ruang tempatku tadi memilih "gadisku", akhirnya semua berkumpul lagi. dan masing-masing menyodorkan uang untuk pijat yang didapatkan masing-masing. Ternyata nilai yang harus dibayar semuanya sama, 90.000 rupiah saja. Dan kami pulang.

3 komentar:

  1. refleksi atau mungkin refreshing ya maksudnya, atau pijat refleksi maksudnya ya.

    hmm.. kalau gak ada esek-eseknya, sepertinya tak masalah, cuma beda 40rb dari biasanya pijat family 50rb.

    Mungkin kalau plus plus bisa lebih mahal ya.. anyway, kalau plus plus di Bogor (daerah tempat tinggalku) sudah pada dibubarin pulisi n pemda yang beginian. Kalau boleh menebak, ini di lokasinya di Jakarta ya?

    Btw, saya pikir ini blog cewek hehe.. eh di bannernya cowok. Salam kenal! Maklum, baru pertama berkunjung...

    BalasHapus
  2. Aww..Syam..!!
    ceritanya bagus..bikin dumba2..
    hahahaha

    BalasHapus
  3. unggul >> relaksasi... entahlah itu istilah atw kode... hahahai
    ..Lokasi : makassar dunkzz... *BanggaSesat
    ..Salam kenal balik... :)

    Daeng Ipul >> sedikit mengembangkan isi kepala yang sebenarnya...

    BalasHapus

Terima Kasih untuk kebaikan Anda memperhatikan Saya...

16 atau 17 tahun lalu, belum berkonsep.

Tengah malam lewat 14 menit Sekian menit lalu usai dua video isi musik yang dinyanyikan teman lama Menit-menit sebelumnya ada kilasan di pik...